
– Munculnya mimpi buruk yang kuat dan sering kali muncul sebelum kambuhnya lupus saat ini diinterpretasikan sebagai tanda neurologis yang bisa menjadi indikator penting tentang aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap diri sendiri.
Seseorang mengalami mimpi buruk saat tertidur dengan merasakan emosi cemas atau ketakutan serta umumnya mendapat interupsi dalam pola tidurnya.
Memahami kaitan antara mimpi buruk dan lupus dapat mempermudah dalam mendeteksi tanda-tanda dini sebelum keadaan menjadi lebih serius.
Berikut beberapa mimpi buruk yang sering kembali mungkin menjadi indikasi dini lupus, ketahui gejalanya melalui petunjuk-petunjuk selama tidur seperti dikutip dari Parade.
1. Gejala Neuropsikiatri Tersembunyi
Mimpi buruk yang sering terjadi masuk ke dalam jenis tanda-tanda gangguan neuropsikiatrik yang dihadapi sebelum penyakit lupus kembali aktif. Pada beberapa situasi, ciri-ciri tambahan seperti kebingunan dan delusi pun dapat timbul pada saat yang sama.
Banyak orang sakit tidak sadar akan kaitannya antara masalah tidur dengan kondisi autoimun. Memahami tanda-tanda tersebut dapat mendukung dalam pengenalan pola-pola yang kerap diabaikan.
2. Pemicu Kambuh Diindikasikan oleh Mimpi Buruk
Serangan lupus kerapkali dimulai dengan mimpi buruk yang sangat menganggu. Dari lima orang pasien, tiga di antaranya menceritakan adanya pengalaman semacam itu satu tahun sebelum terjadinya kambuhan penyakit mereka.
Mimpi tersebut biasanya menampilkan tema penuh kekerasan, perasaan terjebak, atau ketakutan ekstrim. Studi terbaru menegaskan bahwa gangguan tidur ini bukan kebetulan.
3. Halusinasi Bukan Sebuah Gejala Terpisah
Halusinasi, walaupun jarang terjadi, dapat timbul sebagai gangguan visual atau persepsi yang mempengaruhi kesadaran seseorang. Sebagian pasien mendeskripsikan bahwa mereka merasakan adanya benda-benda tak nyata di sekitar mereka, mirip dengan apa yang dialami ketika sedang tertidur tetapi masih sadar.
Ini biasanya terjadi ketika tubuh sedang menghadapi stres yang ekstrem karena aktivitas lupus. Para peneliti menyebutkan bahwa tanda-tanda semacam itu cenderung timbul selama atau sesudah periode eksaserbasi penyakit.
4. Stres Memperparah Mimpi
Kekurangan fisik dan emosi memiliki peranan penting dalam mengeraskan konten dari mimpi-mimpi buruk yang dihadapi seseorang. Ketika tubuh merasakan keletihan, hal ini dapat menyebabkan otak membentuk mimpi yang jauh lebih kuat dan gangguan tidur.
Seorang pasien mendeskripsikan sebuah mimpi bertema pembunuhan dan rasa takut yang melampaui batas kendali. Ini membuktikan bahwa mimpian dapat mencerminkan beban emosi dalam diri seseorang.
5. Distimia Seperti Mimpi di Siang Hari
Sebagian orang dengan lupus merasakan "malam gelap pada siang hari" berupa delusi ketika mereka masih sadar. Mereka mendeskripsikan pengalaman itu seolah-olah masuk ke alam impian sementara tetap sadar.
Keperahan yang muncul membuat perbedaan antara realitas dan khayalan menjadi kabur. Hal ini kerapkali mengakibatkan ketidaktentuan tentang aspek kesehatan jiwa seseorang.
6. Urutan Gejala Perlu Diperhatikan
Studi menggambarkan jadwal timbulnya gejala neuropsikiatrik seperti halusinasi, kebingungan, serta mimpi buruk. Biasanya, gejala-gejala tersebut muncul lebih awal dibandingkan dengan tanda-tanda fisik lupus seperti sakit persendian atau ruam kulit.
Mengenali polanya dapat mendukung prediksi terjadinya flare-up. Pengenalan awal memberikan kesempatan untuk campur tangan lebih dini.
7. Peranan Petugas Kesehatan dalam Pengamatan
Penelitian tersebut mencakup partisipasi dari dokter serta pasien guna menganalisis timbulnya gejala pada saat yang sama. Observasi ini semakin menegaskan hubungan antara pola tidur dengan keadaan autoimun.
Sebagian dokter menyatakan bahwa mimpi buruk sering kali merupakan indikator awal. Komunikasi yang proaktif di antara pasien dan profesional kesehatan sangatlah vital untuk intervensi dini.
Mimpi buruk yang konsisten dan muncul bersamaan dengan tanda-tanda gangguan neuro psikiatris lain bisa jadi indikasi dini dari penyakit lupus yang harus diidentifikasi sejak dini.