Trauma Dapat Mengganggu Sistem Pencernaan. Inilah Alasannya

, Jakarta - Banyak orang mengeluhkan rasa nyeri di perut saat merasakan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Fenomena ini sebenarnya disebabkan oleh trauma perkembangan yang berlangsung lama yang memengaruhi usus serta sistem pencernaan .

Respons tubuh terhadap stres berkepanjangan dapat memicu fungsi pencernaan dan mengganggu keseimbangan tubuh secara keseluruhan. Merujuk beberapa ulasan, salah satunya dari Khiron Clinics , trauma dapat menginduksi masalah pada sistem pencernaan secara jangka waktu lama.

Stres yang tak tertangani akibat trauma bisa merubah fungsi sistem pencernaan, menimbulkan berbagai gangguan semacamnya. Irritable Bowel Syndrome (IBS), masalah dalam sistem pencernaan, serta peradangan di saluran pencernaan.

Dalam ulasan tersebut, studi mengenai Adverse Childhood Experiences (ACE) diketahui telah menunjukkan bahwa ada risiko terhadap masalah pada perut dan usus karena trauma dalam masa kanak-kanak. Kekerasan atau situasi rumah yang tak konsisten yang diterima dapat menyebabkan stres berkepanjangan yang bisa merusak hubungan antara otak dan sistem pencernaan.

Kedua sistem komunikasi vital di dalam tubuh manusia dapat terhambat akibat peningkatan kadar hormon stres, misalnya kortisol, yang mengakibkan inflamasi serta merubah keseimbangan mikroorganisme di saluran cerna. Keadaan tersebut pun bisa mengurangi populasi probiotik alami, mendorong pertumbuhan patogen, dan mencetuskan gejala mirip iritabilitas usus besar (IBS) bersama dengan proses peradangan pada bagian tersebut. Orang yang mengalaminya akan lebih mudah menghadapi masalah pencernaan secara berkali-kali.

Selain memengaruhi mikrobiota dalam usus, stres kronis juga dapat merubah aktivitas pergerakan usus. Beberapa orang mungkin mengalaminya dengan kecepatan bertambah cepat sehingga menimbulkan diare, sedangkan sebagian lagi malah melambat dan berakhir dengan konstipasi. Dampak tersebut ikut mendukung kondisi sindrom usus bocor, saat dinding usus menjadi kurang toleran - biasanya dirujuk sebagai permeabe l—sampai zat asing mengalir ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan inflamasi.

Stres jangka panjang pun bisa mempengaruhi sistem pertahanan alami di saluran cerna. Peningkatan kadar kortisol secara terus-menerus mampu meredupkan respon kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih mudah terserang infeksi atau inflamasi semacam penyakit radang usus (IBD). Seiring itu, kurangi produksi asam lambung karena stres dapat menciptakan gangguan pada proses pencernaan serta serapan zat gizi dalam tubuh.

Efek samping dari stres jangka panjang meliputi hipersensitivitas visceral, yaitu kenaikan sensitivitas saraf dalam usus terhadap sensasi rasa sakit atau ketidaknyamanan. Keadaan ini umumnya dialami oleh mereka dengan sindrom iritan usus besar (IBS), di mana merasakan nyeri perut meski tanpa adanya masalah anatomi yang mencolok. Karenanya, penting untuk menangani stres serta traumas guna mempertahankan fungsi saluran cerna manusia.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak