AS Keluarkan Seribu Mahasiswa Pro-Palestina dari Program Visa

.CO.ID, MASSACHUSETTS - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio pada hari Kamis menyatakan bahwa pihaknya telah membatalkan status visa pelajar bagi lebih dari 300 individu yang diyakininya terlibat dalam protes dan kerusakan di area kampus universitas. Salah seorang korban adalah seorang siswa perempuan asal Turki.

Tindakan tegas itu berbarengan dengan janji Presiden AS Donald Trump akan menangkapi mahasiswa-mahasiswa yang ikut serta dalam protes mendukung Palestina. Menteri Luar Negeri AS menyatakan bahwa visanya para pelajar diberikan agar mereka dapat fokus pada studinya dan tidak terlibat dalam aktivitas politik maupun gangguan di lingkungan kampus, demikian pernyataannya.

Rubio juga menunjukkan bahwa departemen tersebut membatalkan visa seorang siswa asal Turkey yang ditangkap di Boston lantaran pemerintah AS tidak akan mengeluarkan visa bagi individu yang terkait dengan kelompok yang "merusak kampus, merendahkan mahasiswa, serta menduduki bangunan."

Menteri itu tidak menyajikan bukti tentang partisipasi mahasiswa PhD bernama Rumeysa Ozturk dalam acara tersebut. Sebelumnya, Senator Partai Demokrat AS Elizabeth Warren telah menyampaikan melalui pernyataan di jejaring sosial bahwa penahanan Ozturk merupakan "contoh paling baru dari serangan berkelanjutan dengan tujuan untuk membatasi hak asasi manusia."

Warren mengkritisi Presiden AS Donald Trump dan timnya karena telah melakukan penangkapan pada para demonstran pendukung Palestina di beberapa universitas belakangan ini. "Kepemimpinan Trump sedang merampok mahasiswa-mahasiswa berstatus sah dengan hak-hak mereka, mencabut mereka dari lingkungan perguruan tinggi tanpa melalui prosedural peradilan," ungkapnya, sekaligus mendeskripsikan hal tersebut sebagai "penyerangan terhadap prinsip-prinsip dasar yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Amerika Serikat."

Pihak Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) telah mengamankan Rumeysa Ozturk, yang merupakan pelajar doktoral asal Turki dari Universitas Tufts di Massachusetts pada hari ini. Dia dituduh terlibat dalam aktivitas pendukung Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), menjadikan hal tersebut sebagai penahanannya untuk kedua kalinya atau lebih.

Sebelumnya, Mahmoud Khalil, seorangaktivis Palestina yang merupakan alumni Universitas Columbia, telah ditahan. Selain itu, Badr Khan Suri, sarjana dari India yang terdaftar di Universitas Georgetown, sedang dalam pencarian untuk deportasi dengan tuduhan mendistribusikan "propaganda Hamas dan diskriminatif terhadap Yahudi". Meskipun demikian, Hakim Distrik Amerika Serikat Patricia Tolliver Giles memutuskan untuk mengundurkan keputusan tersebut sementara waktu.

Pihak Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE), yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, menggerebek Ozturk, seorang pelajar tingkat akhir Doktor, saat ia akan keluar dari tempat tinggalnya di Somerville guna berbuka puasa selama Ramadan pada hari Selasa semalam.

Video keamanan yang bertebaran di media sosial menampilkan enam petugas dari lembaga itu, sebagian menggunakan topeng, yang mengitarinya sambil mencoba dengan Paksa untuk merebut telepon genggamnya. Audio dalam rekaman ini pun mendokumentasikan ocehan protes Ozturk saat para petugas meredam tangannya dari belakang.

Pada pernyataannya, sang juru bicara dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa Ozturk terlibat dalam "tindakan" yang dianggap tak layak bagi pemberian visa mahasiswa.

Ribuan orang menggelar protes untuk mewanti-wanti pembebasan Rumeysa Ozturk, seorang pelajar asal Turki, dalam unjuk rasa yang berlangsung di Somerville, Massachusetts pada tanggal 26 Maret 2025. -(AP Foto/Michael Casey)

Dia menyebutkan pula bahwa Ozturk merupakan warganegara Turki yang sedang mengejar gelar doktor di Universitas Tufts dan dia mendapat izin tinggal di negeri itu melalui vISA.

Pernyataan tersebut menunjukkan hasil investigasi dari Departemen Keamanan Dalam Negeri serta Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai yang mencatat bahwa "Ozturk terlibat dalam aktivitas pendukung Hamas, suatu kelompok teroris mancanegara dengan rekam jejak merenggut nyawa warga negara AS."

Dia mencatat bahwa visa mahasiswa dari Amerika Serikat bukanlah suatu hak melainkan sebuah izin khusus, dan menambahkan bahwa tindakan yang disebut-sebut dilakukan oleh Ozturk menjadi alasan untuk mengakhiri visa tersebut.

Pengacaranya dari mahasiswa Turki bernama Mahsa Khanbabai menyampaikan melalui pernyataan tertulis kalau Ozturk memegang visa siswa secara legal serta diamankan pada hari Selasa sewaktu sedang berencana bertemu beberapa kawannya untuk makan pagi. Ia menambahkan ia tak paham tempat penahanan Ozturk sekarang ini, juga hingga detik itu belum dikenalkan tuduhan apa pun kepadanya.

Pengunjuk rasa berhimpun di Foley Square, di depan gedung peradilan federal Manhattan, guna menyokong Mahmoud Khalil, pada hari Rabu, tanggal 12 Maret 2025, di kota New York. -(AP Foto/Stefan Yeremia)

Universitas Tufts menyampaikan melalui suatu pernyataan bahwa sampai saat ini mereka belum mendapatkan informasi apa pun tentang penangkapan Ozturk. Sementara itu, sesama rekannya asal Turki dari institusi yang sama mencatat bahwa mereka gagal untuk bisa menghubungi dia, serta menambahkan bahwa komunikasinya terakhir kali ada bersama keluarga.

Mahasiswa menyuarakan kekhawatiran mereka tentang temannya, Ozturk, serta menyebutkan ada sebuah website bernama "Canary Mission" yang merilis data para mahasiswa yang ikut dalam unjuk rasa pendukung Palestina. Situs tersebut diketahui juga pernah mempublikasikan informasi pribadi mereka sebelumnya.

Aksi protes yang mendukung Palestina, yang berawal di Universitas Columbia, meluas hingga ke lebih dari 50 institusi pendidikan lainnya di seluruh negara, dengan pihak kepolisian menangkap lebih dari 3.100 individu, mayoritas merupakan mahasiswa serta staf pengajar.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak