Sri Mulyani Tolak Deflasi di Tengah Menipisnya Daya Beli: Penurunan Karena Kebijakan, Bukan Kurangnya Permintaan

, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah pelemahan daya beli masyarakat usai Indonesia mengalami deflasi Dua bulan beruntun di awal tahun 2025. Dia menggarisbawahi bahwa deflasi terjadi karena adanya keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.

Walaupun Indonesia telah mengekperience deflasi tahunan untuk pertama kalinya dalam dua puluh lima tahun belakangan ini, Bendahara Negara tetap optimis bahwa pemerintah mampu mempertahankan laju inflasi di zona yang aman. "Banyak orang memberikan berbagai penafsiran," 'Oh kita mengalami deflasi lantaran masyarakat kurang bergairah' "Enggak juga," ujar Sri Mulyani saat memberikan keterangan pada konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Maret 2025.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa deflasinya disebabkan oleh berbagai keputusan pemerintah yang bertujuan untuk meredam tekanan terhadap rakyat. Salah satunya adalah potongan harga listrik sebesar 50% dari bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2025. Di samping itu, dia menambahkan adanya pengurangan biaya jalan tol serta subsidi PPN untuk pembelian tiket pesawat saat musim liburan Idulfitri di tahun 2025.

Akibat dari campur tangan pemerintahlah, menurutnya, yang menyebabkan penurunan harga tersebut. "Penurunan harga itu disebut deflasi. Penurunan ini terjadi lantaran," katanya. policy, Bukan karena permintanyaan tidak ada.

"Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang hal ini, deflasi terjadi karena pemerintah memberikan bantuan yang signifikan kepada masyarakat, baik melalui pengurangan tagihan listrik atau dengan mendukung mobilitas mereka di masa menjelang Lebaran," jelas mantan Direktus Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami penurunan harga bulanan atau month-to-month (mtm) dalam dua awal tahun 2025. Penurunan tersebut berada di angka 0,76% mtm pada Januari 2025 serta 0,48% mtm pada Februari 2025. Di sisi lain, tingkat inflasi year-on-year belum disebutkan. year-on-year Catatan deflasi tercatat sebesar 0,09% di bulan Februari 2025. Ini menjadi periode deflasi tahunan pertama sejak Maret 2000.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa Indonesia terakhir kali mengalamai deflasi setiap tahunnya sekitar 25 tahun yang lalu, yaitu dengan angka deflasi 1,1% per tahun. Dengan demikian, sudah terdapat pengurangan dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), turun dari nilai 105,58 di bulan Februari 2024 sampai ke level 105,48 di bulan Februari 2025.

“Menurut catatan BPS, deflasi year-on-year Terjadi pada bulan Maret 2000 dan dipimpin atau didominasi oleh kelompok produk pangan," jelas Amalia saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.

Deflasi terjadi pada bulan Februari 2025 sebagian besar disebabkan oleh keputusan pemerintah untuk memberikan diskon tarif listrik selama Januari dan Februari 2025. Keringanan biaya ini mencakup potongan harga 50% bagi pengguna berdaya 2.200 VA dan termasuk dalam kategori harga yang ditentukan oleh pemerintah.

Apabila diamati berdasarkan komponennya, tingkat deflasi tahunan kali ini mayoritas disebabkan oleh penurunan harga barang-barang yang ditentukan oleh pemerintah. Di sisi lain, bagian komponen lainnya tetap menunjukkan adanya inflasi. Harga barang yang dikendalikan pemerintah turun sebanyak 9,02% secara tahunan dan kontribusi terhadap deflasi mencapai 1,77%. "Barang-barang utama yang mempengaruhi deflasi dalam segmen ini adalah biaya listrik dan bahan bakar," jelas Amalia.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak