
Enam cara ADHD membuat proses menjadi dewasa lebih menantang serta bagaimana saya mengatasi hal tersebut?
Saya tidak tahu tentang Anda, tetapi saya tidak merasakan diri sebagai seseorang yang sudah dewasa.
Walaupun usiamu telah menginjak 30-an dan seharusnya kamu sudah dipandang sebagai orang yang matang, didalam dirimu mungkin masih terdapat rasa seperti seorang anak muda. Kamu belum mencicipi alkohol, belum juga menjalin hubungan serius, serta tetap menetap serumah dengan kedua orang tuamu. Terkadang perasaan kebingungan dan kesulitan datang tanpa aba-aba.
Saya paham bahwa ada alasannya jika saya terkadang merasa lebih muda dari umur sebenarnya. Bagian lobus frontal otak kita yang bertugas dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta kendali atas impulsa biasanya butuh waktu ekstra untuk berkembang pada individu dengan ADHD. Hal itu menyebabkan seperti adanya "penundaan pertumbuhan". Namun demikian, meski sudah tahu hal tersebut, tak semua masalah langsung terselesaikan begitu saja.
Seringkali, saya merasa kurang berhasil dalam mengarungi hidup sebagai seorang dewasa.
Tantangan untuk "berkembang menjadi dewasa" tampaknya jauh lebih berat bagi saya, dan saya paham bahwa banyak individu dengan ADHD mengalami perasaan serupa.
Sebab berbagai macam pekerjaan itu terlalu monoton, kadar dopamin yang telah kurang dalam otak kita menjadikannya susah untuk merasakan semangat dan berkonsentrasi pada tugas-tugas tersebut. Kita amat memerlukan dopamin, sementara mengerjakan laporan keuangan atau mengatur anggaran hampir tidak pernah memberikan 'kegembiraan' yang kita inginkan.
Di samping itu, kita kerap kali bertemu dengan tantangan terkait kemampuan hidup yang seharusnya menjadi hal biasa bagi orang dewasa, antara lain:
MengevaluasiMemprioritaskanMelakukan tugasMenjaga fokusMemanage waktuMencatat hal-hal krusialTugas sekecil apapun yang dikerjakan oleh orang lain secara alami dapat dirasakan sebagai beban besar bagi otak seseorang dengan ADHD.
Berikut adalah enam tantangan yang dihadirkan oleh ADHD dalam hidup saya sehari-hari sebagai orang dewasa serta usaha-usahaku untuk mengatasinya:
1. Mengelola Waktu
Seringkali aku merasakan waktu berjalan dengan terlalu kencang atau justru sangat pelan. Bisa jadi aku akan menumpaskan waktu berjam-jam pada sesuatu tak berguna, sementara melewatkan batasan waktu yang signifikan.
Solusinya adalah saya mengandalkan penunjuk waktu atau aplikasi pemberi peringatan untuk menjaga kesadaran tentang durasinya. Saya pun berupaya memecah pekerjaan besar menjadi beberapa segmen yang lebih sederhana sehingga tampak lebih dapat diatasi.
2. Konsentrasi pada Pekerjaan yang Menjadi Bosan
Pekerjaan semacam membersihkan peralatan makan atau melengkapi dokumen terasa bagai siksaan. Konsentrasi saya kerap buyar, sehingga hasilnya adalah penangganan yang tertunda.
Penyelesaiannya: Saya coba buat pekerjaan tersebut jadi lebih menyenangkan dengan cara seperti memutar lagu kesukaan saat mengerjakannya. Apabila metode ini tak efektif, saya gunakan teknik 'pomodoro' — yaitu kerjakan selama 25 menit kemudian beristirahat sebentar.
3. Mengorganisasi Barang
Benda-bendaku kerap menghilang, mulai dari kunci, telepon genggam, sampai dokumen penting. Keonaran biasanya selalu menemani hari-hari saya.
Solusinya adalah dengan mengajarkan diri sendiri membuat area tertentu untuk menyimpan benda-benda yang penting. Saya juga berusaha membiasakan diri memiliki ritual pada malam hari agar bisa menata segala sesuatunya sebelum istirahat.
4. Mengatur Keuangan
ADHD bersamaan dengan masalah keuangan bisa jadi sulit. Saya kerap tergiur untuk berbelanja tanpa pertimbangan dan acapkali lupaan dalam menyetorkan pembayaran tepat waktunya.
Alternatifnya adalah dengan menggunakan sebuah aplikasi manajemen keuangan untuk memantau pengeluaran serta menyeting pembayaran rutin secara otomatis. Selain itu, saya berusaha menahan diri dalam penggunaan kartu kredit.
5. Menjaga Hubungan
Saya kerap kali melupakan untuk menghubungi sahabat atau keluarga, dan sesekali merasa begitu disibukkan hingga tak sempat berjumpa.
Solusinya adalah saya mengatur waktu khusus untuk berinteraksi secara sosial, meskipun itu hanyalah lewat percakapan singkat via pesan teks.
6. Mengatasi Perasaan Gagal
Menghadapi berbagai kesulitan ini, rasanya seperti saya tidak berhasil menjadi orang dewasa yang sesungguhnya. Ulasan kritis dari pihak luar maupun batin pun semakin menambah beban tersebut.
Penyelesaiannya: Saya mulai bersikap lebih baik terhadap diri saya sendiri. Saya mengingatkan kepada diri ini bahwa menjadi dewasa bukan merupakan tujuannya, tetapi prosesnya. Tak masalah bila saya maju lebih pelan dibanding dengan yang lain.
Walaupun ADHD menyulitkan hidup saya, saya tetap berusaha mempelajari cara mengatasi tantangan ini sesuai gaya saya masing-masing. Setiap perubahan kecil merupakan sebuah kemenangan, dan saya selalu berusaha menikmati tiap prestasi, tidak peduli betapa kecilnya itu.
Anda tidak sendiri. Kami semua sedang dalam proses belajar, satu hari per satu kali.